Senin, 06 Februari 2012

Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Sekaten
Berbagai Tradisi kebudayaan banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia untuk memperingati suatu moment penting keagamaan. Seperti tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia sangat banyak ragamnya.

Di Cirebon, pada tanggal 11-12 Rabiul Awal banyak orang Islam datang ke makam Sunan Gunung Jati, salah seorang dari wali sanga, penyebar agama Islam di kawasan Jawa Barat dan Banten. Biasanya di Keraton Kasepuhan diselenggarakan upacara Panjang Jimat, yakni memandikan pusaka-pusaka keraton peninggalan Sunan Gunung Jati. Banyak orang berebut untuk memperoleh air bekas cucian tersebut, karena dipercaya akan membawa keberuntungan.

Di Cirebon, Yogyakarta, dan Surakarta, perayaan maulid dikenal dengan istilah sekaten. Istilah ini berasal dari kata syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat.

Pada tanggal 5 bulan Maulud, kedua perangkat gamelan, Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di bangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 kedua perangkat gamelan tersebut dipindahkan ke halaman Masjid Agung Yogyakarta, ring - iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Kraton berseragam lengkap.
Pada umumnya, masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugrahi awet muda. Sebagai “Srono” (Syarat) nya, mereka harus menguyah sirih di halaman Masjid Agung, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan sekaten.

Lain Yogyakarta dan Cirebon lain lagi dengan tradisi di Kebumen. Tradisi turun temurun yang oleh masyarakat setempat disebut "Bongkohan" itu hingga saat ini masih dilestarikan oleh sebagian warga mulai dari Pantai Karanggadung hingga Pantai Suwuk. Akan tetapi yang masih sangat kental di Desa Karangrejo, Sidoharjo dan Waluyorejo.
Sejak pukul 06.00 warga bersama keluarga besarnya berduyun-duyun pergi ke pantai. Mulai dari anak kecil hingga lansia seakan tidak ingin ketinggalan. Sebagian besar berjalan kaki, meski ada yang naik kendaraan terpaksa ditinggal karena akses ke pantai berupa hamparan pasir. Masing-masing keluarga membawa bekal makanan berupa nasi dan lauk pauknya.
Sesampai di pantai, mereka menggelar kain yang dijadikan sebagai alasa. Semua bekal dikeluarkan dan selanjutnya dimakan bersama-sama. Bekal yang dibawa setiap keluarga berfariasi karena mereka membawa sesuai dengan selera. Namun menu yang hampir pasti ada adalah ayam kampung, telur asin, mie, srundeng, dan rempeyek.
Kiai Sudarman, salah satu tokoh masyarakat menguraikan bahwa bongkohan adalah tradisi lokal warga Kebumen. Yakni warga membawa bekal makanan untuk kemudian dimakan bersama di suatu tempat dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini wujud kecintaan umat Islam atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. "Ini semacam perayaannya. Malam sebelumnya warga bersama-sama membaca sholawat di masjid maupun mushola

Kemudian ada juga tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad menarik yang dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Selatan,. Perahu yang biasanya digunakan nelayan untuk mencari ikan, berubah menjadi hiasan telur yang unik.Setidaknya inilah yang menjadi salah satu keunikan perayaan Maulid Nabi, atau oleh masyarakat Takalar, Sulawesi Selatan, dikenal dengan nama Maudu Lompoa.
Kegiatan ini merupakan ritual keagamaan dan kebudayaan yang secara rutin di selenggarakan pemerintah kabupaten Takalar dan masyarakat yang telah ditetapkan sebagai salah satu event wisata nasional. Di akhir kegiatan, ribuan warga yang memadati kegiatan ini, berebutan telur Maulid. Ritual kegiatan ini mengandung 3 nilai dasar, yakni mereferensi ketauladanan Nabi, kedua, mengambil hikmah keberanian Nabi dalam bertindak karena didasarkan pada kebenaran, dan ke 3 merefleksi kaedah kaedah kepemimpinan Islam yang ditujukan Rosullullah.
Bagaimana dengan tradisi peringatan ini di tempat Anda?? :)


By : Ita ( dari berbagai sumber )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar